Kamis, 23 Februari 2012

Buku Bahasa Jawa Ragam Pekalongan


Bahasa Jawa ragam (dialek) Pekalongan pada dasarnya secara aktif dipakai oleh masyarakat yang tinggal di paling tidak 4 wilayah, yaitu Kab. Batang, Kab.Pekalongan, Kota Pekalongan dan Kab. Pemalang. Masing-masing wilayah itu juga ditemui variannya sendiri-sendiri baik dari segi kosa kata maupun iramanya. Ragam bahasa di Tersono misalnya mungkin terdengar agak lain dengan yang digunakan di Wiradesa atau Kesesi. Meskipun demikian secara garis besar, identitas intinya adalah ragam Pekalongan.

Iseng-iseng mencari referensi lebih banyak mengenai hal ini untuk seri entri Boso Mbatang, saya takjub menemukan sebuah artikel tahun 2008 di harian Suara Merdeka tentang orang-orang yang ternyata sepemikiran dan rajin mengkompilasi bahasa Jawa ragam Pekalongan bahkan menerbitkannya dalam sebuah buku!

Lebih takjub lagi ketika membaca artikel ini saya baru menyadari bahwa yang mengerjakan lay out buku ini adalah teman sekelas saya di SMA. Sementara salah satu pejabat kontributor yang disebut dalam artikel ini sekarang menjadi dirjen saya! Saya harus punya buku itu. Apakah di antara Anda ada yang punya?

Artikel itu dimuat di alamat berikut: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/04/02/7352/Kapolri-Sumbang-Kata-Bledheng-Rusdi-Mlosdrong

Lihat juga artikel mengenai komunitas pengguna bahasa Jawa ragam Pekalongan di Rotterdam, Belanda

http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=7181

Rabu, 22 Februari 2012

Terminal Banyuputih, Batang



Dua foto ini adalah foto Terminal Banyuputih yang juga saya ambil tahun 2005. Waktu itu kebetulan lewat setelah mayeng ke Limpung. Waktu itu terminal ini agak sepi, kelihatannya bis jarang masuk dan hanya berhenti sebentar untuk mengambil atau menurunkan penumpang.Mungkin sekarang sudah lebih ramai.

Banyuputih sekarang telah menjadi kecamatan tersendiri, termasuk salah satu kecamatan baru bersama Pecalungan dan Kandeman. Sekitar satu setengah tahun lalu saya sempat bertemu Camat Banyuputih, Bapak Sutiyo di rumah direktur saya di Jakarta yang ternyata adalah teman sekolah beliau.

Kecamatan Limpung, Batang





Mencari-cari foto lama Batang di folder komputer saya, ternyata masih tersimpan foto-foto kawasan Kota Emping Limpung! Koleksi ini saya ambil waktu iseng-iseng mayeng ke daerah ini tahun 2005. Apakah alat transportasi seperti gambar di atas (mistubishi colt station wagon) masih digunakan sekarang?

Sabtu, 18 Februari 2012

Bungkus Makanan Dengan Daun

Waktu saya kecil di Batang, ibu saya sering membelikan beberapa makanan khas pagi yaitu nasi megono, lodhéh cècèk, gethuk iris dan gethuk mawur yang dijual oleh tetangga.

Tiap makanan dibungkus dengan daun pisang dengan cara yang berbeda-beda. Berikut adalah istilah yang digunakan untuk membedakan cara membungkusnya:

Diconthong (1): biasanya untuk gethuk mawur, bisa conthong tutup atau conthong buka.

Diwungkus (2): biasanya untuk megono, nasi megono, gethuk iris atau ketan srundeng tanpa kinco/juruh yang akan dibawa pulang untuk dimakan di rumah.

Dipincuk (3): biasanya untuk makanan berair yang akan segera dimakan.

Ditum (5): biasanya untuk nasi dengan lodéh cècèk atau makanan manis yang mengandung cairan kinco/juruh yang akan dibawa pulang untuk dimakan di rumah. Teknik membungkus ini juga digunakan untuk salah satu makanan khas kliwonan yaitu 'klepon kinco'.

Untuk membungkus dengan daun tersebut kita memerlukan 'biting' alias lidi bambu dengan ujung runcing (6), berfungsi seperti stapler. Untuk jenis makanan tertentu kita memerlukan 'suru' (4) yaitu sendok dari sobekan daun panjang dengan lebar sekitar 3-5 cm untuk mengambil suapan makanan dari bungkusnya.

Entah apakah istilah-istilah yang sama juga dipakai di kampung lain. Untuk membantu imajinasi Anda, lihat gambar sesuai petunjuk nomor. Mohon maaf contoh tersebut mungkin kurang bagus karena saya sendiri jarang mempraktekkan teknis membungkus dengan daun. Untuk keterangan mengenai makanan yang saya maksud ada di sini KLIK.

Sebagian orang mungkin tidak menganggap penting postingan ini, tapi saya merasa perlu menulisnya untuk rekaman sejarah dan sebagai pengingat. Saya amati penjual zaman sekarang lebih suka memakai kertas pembungkus makanan warna coklat yang berlapis plastik. Padahal pembungkus model itu berpotensi menjadi sampah non organik yang merusak lingkungan sementara daun pisang cepat terurai kembali menjadi tanah.

Jumat, 17 Februari 2012

Halaman Blog Batik Khas Batang


Blog ini juga menarik untuk disimak, menampilkan batik-batik "Batangan" alias batik khas Kabupaten Batang, dibuat oleh blogger Shuniyya Ruhama H. Bisa dilihat di alamat http://batikshuniyya.wordpress.com/batik-tulis-khas-kabupaten-batang/

Isi halaman ini meski tujuannya berjualan, cukup menambah wawasan bahwa Batang pun memiliki tradisi batik meski sering dibayangi oleh popularitas Pekalongan sebagai kota batik.

Memakai produk-produk khas Batang akan membantu peningkatan ekonomi lokal.

Tambahan 1 November 2013
Lihat juga entri blog

Jusuf Kalla Terpesona Batik Asli Kabupaten Batang


Kamis, 16 Februari 2012

Blog Keren Foto Kabupaten Batang


Saya sudah lama mengamati blog ini yang beralamat di http://photobatang.blogspot.com/ , memuat khusus foto-foto Kabupaten Batang (lihat tampilan lama yang bernuansa oranye).
Koleksi foto-fotonya luar biasa. Saya amati blog ini baru-baru ini telah berganti tampilan dan versi barunya sangat keren! Patut mendapat dua acungan jempol. Silakan tengok sendiri.

Ikut bangga sebagai orang Batang dan mendambakan makin banyak orang Batang yang membuat website atau blog tentang Batang sehingga informasi apa pun mudah didapat dan kabupaten kita makin dikenal orang.

Update 13 November 2012
Koleksi fotonya telah mencapai lebih dari 800 foto. Salut untuk Mas Lukman Hadi Lukito




Kisah Pekerja Migran Batang Tempo Doeloe




Kalau zaman sekarang saudara-saudara kita ada yang mengadu nasib menjadi TKI di negeri orang, di zaman Hindia Belanda dahulu pun sudah ada orang Batang yang mencari rezeki hingga ke negeri seberang.

Di zaman itu banyak orang dari berbagai wilayah di Jawa, entah karena motivasi pribadi, tertipu para makelar atau dipaksa oleh penguasa kolonial waktu itu, dijadikan pekerja kontrak untuk bekerja di perkebunan di negara-negara jajahan Belanda yang lain.

Dari hasil mengaduk-aduk situs Arsip Nasional Den Haag saya menemukan data seorang penduduk Batang yang pernah dibawa ke Suriname bernama ”Bok Samin” (mungkin maksudnya Mbok Samin), beliau berasal dari Desa “Djatisari, Soebah, Batang” (desa ini sebagai wilayah administratif hingga sekarang masih ada di Subah).

Pada tanggal 5 Juli 1928 Bok Samin yang waktu itu masih berumur sekitar 17 tahun diberangkatkan ke Suriname dari pelabuhan Batavia dengan kapal uap SS Sembilan dan menempuh perjalanan selama kira-kira 3 bulan dengan jarak 10.006 mil laut atau 18.531 km. Entah seperti apa suasana di dalam kapal selama perjalanan waktu itu. Bok Samin mendarat di pelabuhan Paramaribo dan kemudian dipekerjakan di kota kecil bernama Alliance.

Masa kontrak Bok Samin semestinya hanya 5 tahun (21 Juni 1928 - 21 Juni 1933) namun kelihatannya beliau baru dipulangkan ke Jawa pada tanggal 28 Oktober 1937 (alias lewat 4 tahun). Bok Samin pulang dengan kapal uap SS Blitar dan dari informasi yang ada, tampaknya beliau sempat bersuami karena pulang dengan membawa serta dua orang anaknya yang bernama Rameslan dan Masinem.

Yang menarik dari kisah ini adalah bahwa ternyata di zaman itu sudah ada orang Batang, seorang perempuan sederhana, yang menjelajah separuh bola bumi dan kembali ke Batang! Masih adakah anak cucu Bok Samin di Subah? Mungkin suatu saat ada yang membaca entri blog ini.

Sebagi informasi tambahan, pada zaman Perang Dunia II, tepatnya tahun 1943, kedua kapal yang pernah mengangkut Bok Samin ini tenggelam karena ditembak dengan terpedo. Kapal SS Sembilan ditembak kapal selam Italia Leonardo Da Vinci, sementara kapal SS Blitar ditembak Kapal U-Boat milik Jerman.

Bok Samin ternyata tidak sendiri, cek nama-nama 95 orang Batang yang merantau ke Suriname (KLIK DI SINI)

Informasi dan foto Bok Samin dari Arsip Nasional Belanda http://www.gahetna.nl/
Foto dan info kedua kapal dari: www.wrecksite.eu
SS Sembilan (warna gelap) http://www.wrecksite.eu/wreck.aspx?134388

Selasa, 14 Februari 2012

Batang Dilihat dari Langit



Saya belum pernah lihat secara langsung kota kelahiran saya ini dari udara, kecuali lamat-lamat dari jauh ketika naik pesawat dari Jakarta menuju Semarang di atas Laut Jawa itupun saya kurang yakin kalau yang sedang saya lihat waktu itu adalah daerah Batang. Salah satu cara untuk dapat menyaksikan kota Batang dari sudut pandang vertikal dari atas adalah dengan melihat foto udara melalui Google Map/ Google Earth.

Beberapa tahun lalu saya pernah mencobanya namun ternyata kualitas hasil pemotretan satelit tahun 2002 tampak kurang bagus di daerah kota Batang karena mungkin terhalang awan. Tanpa bosan saya coba terus hingga akhirnya saya mendapati Google telah beberapa kali memperbaiki citra fotonya dan gambar di atas adalah ‘screen capture’ gambar foto satelit terbaru yang disajikan oleh Google, cukup jelas dengan alun-alun dan beringinnya.

Untuk versi petanya kelihatannya Google kurang konsisten dari segi kerincian, ada gang yang disebut, tapi ada yang tidak. Ada gang kecil tapi digambar besar. Meskipun demikian penggambaran peta itu saya kira cukup dapat dijadikan referensi.

Untuk mengenalinya saya coba menandai peta tersebut dengan nomor:

1. Beringin Alun-alun

2. Kantor Kabupaten

3. Rumah Bupati

4. Masjid Agung

5.Kantor Polsek

6.Kantor Pos

7.Ruko

8. Stasiun Kereta Api

9. Pasar Senggol

10. Perempatan Tampangsono

11. Perempatan RE Martadinata

12. Markas Kodim

13. Pasar Batang

Coba bandingkan dengan peta sederhana yang dibuat oleh tukang gambar amatiran seperti saya di sini KLIK.

Jika Anda penasaran ingin mencari gambar rumah Anda silakan akses http://maps.google.co.id kemudian arahkan mouse Anda dengan zoom ke arah titik Batang. Dengan panduan bisa dimulai dari titik lokasi alun-alun cobalah geser mouse ke arah rumah Anda.


Senin, 13 Februari 2012

Selamat Menjalankan Mandat Warga


Dengan tulus saya ikut berbahagia dan menaruh harapan besar dengan dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati periode 2012-2017 hasil pemilihan umum langsung oleh warga Batang, Bpk. Yoyok Riyo Sudibyo dan Bpk. Soetadi.

Semoga selalu diberi kekuatan oleh Allah Swt dalam menjalankan amanat warga dan siap dengan segala konsekuensi sebagai pejabat pelayan publik. Amiin.

Selamat ya Pak, salam dari rantau.


Link: Berita Antara Jateng "Gubernur Lantik Yoyok Riyo Sudibyo jadi Bupati Batang"
http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=58418

Ilustrasi: logo Kabupaten Batang

Sabtu, 11 Februari 2012

Industri Bak Truk di Subah

Truk adalah kendaraan yang sangat dibutuhkan masyarakat karena berperan menopang lancarnya distribusi barang-barang. Industri pengadaan kendaraan ini pun kelihatannya cukup menjanjikan sehingga beberapa warga Batang mengandalkan roda ekonominya pada sektor ini dengan memproduksi bak truk.

Industri bak truk dengan bahan kayu di Batang terkonsentrasi di wilayah Subah, terutama di sekitar desa Sengon. Kita bisa melihatnya di samping kiri kanan jalan pantura Subah. Sebagai kecamatan yang dikaruniai sumber kayu yang melimpah, industri ini memang cocok berlokasi di sana.

Salah satu sentra industri bak truk di desa Sengon adalah Dukuh Pucungkerep yang terletak sekitar tiga kilometer ke barat dari Kantor Kecamatan Subah. Dukuh ini ternyata cukup aktif dalam berpromosi hingga telah memiliki situs informasi di dunia maya melalui sebuah blog beralamat http://pucungkerep.blogspot.com

Di antara para pengusaha truk yang berada di Desa Sengon bahkan sudah memakai nama domain yang niat dibeli, bukan situs gratisan. Sebagai contoh adalah situs beralamat http://bak-truck.com/ milik seorang pengusaha bernama Lukman Hakim

Para pelaku ekonomi rakyat di Batang mungkin perlu meniru strategi pemasaran mereka agar mudah ditemukan para calon pembeli jika ditelusuri melalui internet.

Anda memerlukan produk mereka? Coba kontak beberapa produsen di bawah ini:

Lukman Hakim http://bak-truck.com
No 2 Desa Sengon RT 7 Rw 1, Kecamatan Subah, Kab Batang, Jawa Tengah
0857-42791687/0813-25939197

CV Perkasa Indah
Sengon, Subah, Batang, Jawa Tengah
Telp/ Hp: 08122720229

Karoseri Bak Truk Sumber Jati
Jalan Subah Batang, Sengon, Subah, Jawa Tengah 51262 lihat:
https://foursquare.com/v/karoseri-bak-truk-sumber-jati/4d8d964a1d06b1f741bd343b

Daftar pengusaha di Dukuh Pucungkerep:
http://pucungkerep.blogspot.com/p/daftar-pengusaha.html

Silakan ditambah infonya di kolom komentar jika Anda tahu pengusaha lainnya.

Tambahan 30 Juli 2013

Bak Truk Irsyad Putra
di Sengon - Subah
web : http://jualbaktruk.blogspot.com
fanspage : https://www.facebook.com/karoseribaktruk
preview page



Foto: koleksi pribadi dan preview web
Diposkan dari Bogor

Jumat, 10 Februari 2012

Hutan di Subah: Dahulu dan Sekarang



Dua foto di atas adalah perbandingan antara foto hutan jati Subah tahun 2005 dan foto 'Soebah' tahun 1948. Sepertinya pohon jatinya masih serupa, tapi entah luas areanya, apakah juga masih sama atau sudah jauh berkurang.

Dugaan saya di Subah pada zaman itu masih bisa ditemui banyak binatang liar, terutama monyet yang bergelantungan. Sayang tidak ada yang memotret satwanya waktu itu ya, mungkin karena para 'meneer kolonial' lebih tertarik dengan kayunya untuk diangkut ke 'negoro londo'.

Pada tahun 1990-an saya masih bisa menyaksikan sisa-sisa komunitas monyet itu di pinggir jalan pantura. Mungkin sekarang sudah sangat jarang, bisa jadi karena ditangkap para pemburu. Monyet memiliki nilai ekonomis untuk piaraan pribadi para kolektor yang tidak memahami bahwa hobinya bisa mengancam kelestarian hewan itu. Monyet juga laku untuk bisnis pertunjukan 'ronggeng kethek' alias topeng monyet yang banyak dikecam aktivis pecinta binatang.

Semoga warga Batang sebagai pewaris Alas Roban yang legendaris itu mampu menjaga hutan dan satwa yang masih tersisa. Jangan sampai nanti hanya tinggal demit dan memedinya.

Sumber foto:
Foto 2005 koleksi saya sendiri.

Kamis, 09 Februari 2012

Batang Tempo Doeloe Djilid 13: Cegatan Peneng dan Lampu Sepeda

Para pengendara motor atau mobil di zaman sekarang mungkin merasakan kepanikan dan 'dag dig dug' pada saat ketemu razia SIM atau STNK, apalagi jika lupa membawa surat-surat tersebut. Hal yang sama juga dirasakan pengendara sepeda di Batang dahulu tahun 1980-an jika ada 'cegatan' (razia) peneng atau razia lampu.

Peneng (diucapkan "pèneng", kadang ditulis 'pening', istilah lain: plombir) adalah semacam stiker berukuran kira-kira 5x6 cm yang harus ditempelkan ke sepeda sebagai bukti bahwa pajak sepeda telah dibayar (seperti contoh di atas keluaran Kabupaten Sukoharjo) Pajak sepeda merupakan salah satu pendapatan pemerintah daerah dan biasanya dibayar secara tahunan. Peneng sepeda Kabupaten Batang berwarna merah atau hijau tergantung tahunnya.

Dalam rangka 'penegakan hukum' agar warga taat membeli peneng, aparat kabupaten (mungkin petugas dinas pendapatan daerah) kadang-kadang menggelar razia di jalan-jalan utama guna mengecek apakah sepeda kita sudah berpeneng. Jika belum, seingat saya, pengendara wajib membeli di tempat.

Tidak semua warga merasa senang dengan ketentuan peneng sepeda ini. Ketika razia berlangsung mereka biasanya panik dan berupaya menghindar dengan beberapa cara, yaitu berhenti di tempat agak jauh menunggu hingga razia selesai, 'mlipir' mencari jalur alternatif melewati gang-gang kecil atau memacu sepedanya dengan kecepatan tinggi dan nekat bermanuver menerobos razia. Cara ketiga ini tentunya cukup menimbulkan ketegangan dengan petugas.

Peneng sepeda kini sudah tidak lazim, selain mungkin karena jumlah sepeda sudah terlalu banyak, penegakan hukumnya juga sulit karena tidak ada sistem registrasi seperti kendaraan bermotor.

Selain razia peneng sepeda, dahulu juga ada razia lampu sepeda yang diterapkan oleh Polsek Batang. Kebijakan itu diambil kemungkinan demi keselamatan pengendara sepeda itu sendiri mengingat lampu jalan saat itu belum banyak.

Lampu sepeda dioperasikan dengan teknologi sederhana menggunakan dinamo kecil yang tenaganya diambil dari putaran roda sepeda, dengan cara menempelkan ujung dinamo ke permukaan samping ban.

Razia lampu biasanya dilaksanakan di depan kantor Polsek di pojok utara timur alun-alun Batang dan petugas yang melaksanakan adalah para anggota polisi. 

Baik razia peneng atau lampu selalu menjadi tontonan beberapa warga sekitar terutama anak-anak. Ketegangan yang terjadi antara petugas dan pengendara sepeda yang 'mbalelo' menjadi drama tersendiri bagi mereka yang menyaksikan.

Sumber gambar: http://koleksibarangdjadoel.blogspot.com/2011/05/plombir.html
(Jika di antara Anda ada yang masih memiliki peneng asli Kabupaten Batang, saya akan sangat berterima kasih jika Anda sudi memindainya atau memotretnya dan mengirimkannya kepada saya untuk ditayangkan di sini.)

Selasa, 07 Februari 2012

Boso mBatang; Kosakata dan Arti (Tambahan)


Setelah saya perhatikan lebih mendalam percakapan sehari-hari orang Batang dan menghimpunnya dalam beberapa entri, ternyata masih banyak kosakata yang belum masuk! Bahasa pesisiran Jawa Tengah ternyata memang kaya.

Berikut tambahan kosa kata tersebut: (Mohon maaf kali ini tidak saya sertakan contoh konteks penggunaan kalimatnya karena ternyata perlu waktu khusus untuk itu, kecuali untuk kata tertentu)

Entri 25 Mei 2016

Nggromet: bicara sendiri (karena gangguan jiwa)

Cepel: kulit lengket karena keringatan

Nggagar: hancur karena suatu sebab, (Jawa Jogja: kojur) 


Entri 27 Juni 2013


Nggawag: ngawur

Kober: sempat, masih menyempatkan diri, kober-kobere: masih sempat aja

Kiyeng: semangat, rajin dalam mengerjakan sesuatu.

Sabun benyek: sabun colek, kata 'benyek' sendiri berarti lunak bernuansa cair atau krim

Nleweng: lengah, tidak hati-hati

 Entri 22 Maret 2013

Groboh: suka mencari-cari sesuatu di tempat penyimpanan yang bukan miliknya.

Kecol: kidal, kede

Mbedhegel: dongkol

Bloboh: dermawan

Semrinthil: gesit berlarian, biasanya untuk anak-anak

Kethip: tinggi sekali di udara


Entri 5 November 2011:

Krawiten: dubur gatal, biasanya karena cacingan

Ndolor, ra ndolor: mikir, nggak mikir, konotasi kasar

Ngeweng: nakal, istilah lain mbedut, tambeng

Ngenthorit: lari terbirit-birit

Njempling-njempling: teriak mengaduh kesakitan

si Nang, Lop, Le: panggilan untuk anak laki-laki

Si Nok: seperti "Nduk": panggilan untuk anak perempuan



Entri sebelumnya:

Ngethuprus: berbicara banyak (penuh omong kosong)

Ndobol: berbohong, membual (makna kiasan), makna harfiah: buang air besar. Mirip ungkapan kasar bahasa Inggris "talking sh#t".

Mbedut atau tambeng: nakal (untuk anak kecil)

Jaburan: makanan kecil/jajan yang dibagikan setelah acara

Ngiwi-iwi: menunjukkan gigi bawah dan digerakkan kiri-kanan dengan ekspresi mengejek.

Mèmèt: mencari kekayaan/pesugihan dengan bantuan makhluk halus atau dukun.

Ceplik: lampu teplok (lampu minyak)

Gembèng: malas

Nginthil: mengikuti dari belakang, ikut serta

Gèl: keterlaluan

Kasap: permukaan yang tidak halus bila diraba.

Jambal, dijambal: digado, lauk yang dimakan tanpa nasi.

Ngucali: versi halus Batang untuk 'madosi' mencari (catatan: saya dulu pernah ditertawakan guru bahasa daerah saya karena memakai kata ini)

Kawur: terbawa angin

Pak ora: biar saja, biarin

Priyé: piyé, gimana

Po'ung: ketela pohon (pohung)

Ambeng-ambeng: kenduri, acara walimah atau selamatan

Wantah: air putih (biasanya bersuhu normal, hangat atau dingin)

Blakin: aspal

Teles kebes: basah kuyup, klebus

Ngèkrèk: tertawa terkekeh-kekeh (biasanya untuk bayi)

Mencoro (mata): mata terbuka lebar karena tidak ngantuk

Mbuhopo: mungkin, kali (ngimpi mbuhopo: mimpi kali)

Co'e: mungkin

Selot: makin, (selot suwi, makin lama)

Cèmèt: makian plesetan untuk memperhalus makian kasar setempat yang berarti babi hutan

Gabul: berlumuran, belepotan, gupak

Bonjrot: mencret

Ilok, iloke: seyogyanya. ora ilok: tabu, dilarang

Thukmis: mudah jatuh cinta/ suka bermain asmara

Yakin po'o: beneran deh

Tlepong: kotoran binatang (kerbau, sapi) Jw Solo-Jogja: tléthong

Tembelèk: kotoran unggas (ayam, bebek) Jw Solo-Jogja: telèk

Mrekatak: rambut yang kasar teksturnya.

Seprèngan: lompat tali

Glindhing: dokar atau delman

Gigu: geli campur takut ketika melihat benda seperti ular atau ulat

Mumut: diurap/dicampur secara detail dan merata.

Ndlurung: jalan bebas menurun (Jw Solo-Jogja: ndronjong)

Ngedros: bersikeras agak memaksa untuk melakukan sesuatu.

Gagian: ayo lebih cepat

Lading: pisau

Kempol: paha

Giro, digiro: dipaksa untuk buru-buru

Rikat: cepat

Pating croet: berisik

Gobres: sekitar mulut belepotan makanan

Nutul petis: melihat dari jarak sangat dekat

Goje'an: cekelan, pegangan

Gompel: patah cacat (benda keras)

Jengklek: berjalan dengan satu kaki


Kogel: sedang berbaik hati ingin memberi sesuatu

Nel-nelan: nakal, banyak tingkah

Ora petho: tidak karuan

Ora kalap: parah dan sulit diperbaiki

Ledo, diledo: goda, digoda dalam konteks bercanda (inggris: teasing)

Mbis-mbis: ekspresi wajah siap menangis (bahasa Jakarta :"jebe-jebe")

Nggalbo, ora nggalbo: menyadari, tidak menyadari

Keron: khawatir

Gembor: teriak

Kecing: penakut (Jogja-Solo: jirih)


Jika nanti ternyata saya nemu lagi kosakata baru, akan saya tambahkan di artikel ini.


Senin, 06 Februari 2012

’Kabupaten de Batang’


Terjemahan ilustrasi foto: Upacara resmi di depan rumah Bupati Batang (1923)

Foto koleksi TROPENMUSEUM www.tropenmuseum.nl


Seorang wikipedian bernama 'Humboldt’yang mengaku tinggal di Paris secara sukarela telah merintis entri tentang Kabupaten Batang di Wikipedia versi Perancis. Entah darimana sumber referensinya, orang ini mencoba menggambarkan kabupaten kita kepada khalayak pemakai Perancis dengan penggambaran yang menurut saya cukup akurat. Upaya orang ini untuk memuat keterangan mengenai Batang di ranah ini saya kira perlu mendapat apresiasi orang Batang.

Hal-hal yang disampaikan dalam artikel ini antara lain sebagai berikut :

Une grande partie du kabupaten de Batang est constituée de collines et de montagnes. La plaine côtière dans le nord n'est pas très large. Dans le sud se trouve le plateau de Dieng, dont le point culminant est le Prau (2 565 m).

Artinya :’Sebagian besar Kabupaten Batang terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan. Dataran pantai di bagian utara tidak terlalu besar. Di bagian selatan bisa ditemui dataran tinggi Dieng dengan titik tertinggi Prau (2.565 m)’

C’est dans le kabupaten de Batang que se trouve le village de Sojomerto, dans lequel on a trouvé une inscription ancienne. Bien qu’elle ne porte pas de date, son style laisse penser qu’elle date du milieu du VIIe siècle après J.-C........

Artinya : ‘Di kabupaten inilah berlokasi desa Sojomerto dimana telah ditemukan sebuah prasasti kuno. meski tidak memuat tanggal, dari gayanya bisa diduga bahwa prasasti ini bertanggal pertengahan abad ke-7 masehi.....’

Le kabupaten de Batang est créé au XVIIe siècle, à l'époque de l'expansion du royaume de Mataram sous le Sultan Agung. Le premier adipati est le prince Mandurejo.

Artinya : ‘Kabupaten Batang dibentuk pada abad ke-17, pada zaman ekspansi kerajaan mataram dibawah Sultan Agung. Adipati pertamanya adalah Pangeran Mandurejo’

Yang cukup mengejutkan adalah artikel ini menyatakan bahwa di antara para adipati pengganti terdapat adipati yang berdarah Tionghoa :

Parmi les adipati successifs de Batang, on trouve des Chinois, notamment le Tumenggung Puspanagara I, jeune frère de Jayaningrat I (lui-même nommé adipati de Pekalongan en 1703 par le roi Amangkurat III de Mataram) et son fils Puspanagara II.

Artinya : ‘ Di antara para adipati pengganti di Batang, ditemukan juga orang Tionghoa, khususnya Tumenggung Puspanagara I, saudara muda Jayaningrat I (ditunjuk sebagai Adipati Pekalongan pada tahun 1703 oleh Raja Amangkurat III dari Mataram) dan anaknya Puspanagara II.’

Artikel ini juga membicarakan beberapa upacara tradisional yaitu kirab pusaka sebagai berikut:

Le 8 avril, anniversaire de la ville de Batang, est célébré par un kirab pusaka, c'est-à-dire un rituel dans lequel des objets d'héritage sont menés en procession à travers la ville. Le plus important de ces objets est la lance "Abirawa", qui aurait appartenu à Sunan Sendang, un des propagateurs de l'islam selon la tradition javanaise, né en 1520 et mort en 1585.

Artinya : ’Tanggal 8 April, ulang tahun kota Batang, dirayakan dengan kirab pusaka, upacara, yaitu semacam ritual di mana benda-benda warisan dibawa dalam sebuah prosesi berkeliling kota. Yang paling penting dari benda-benda ini adalah tumbak ‘Abirawa’ milik Sunan Sendang, pendakwah Islam menurut tradisi jawa, lahir tahun 1520 dan meninggal tahun 1585.’

Selain membicarakan alam, tradisi dan sejarah, artikel ini juga membicarakan kedekatan kabupaten kita dengan Pekalongan dan efeknya bagi kegiatan perkeretaapian:

Batang est situé sur la route nationale de la côte nord qui va de Jakarta vers Semarang, Surabaya et Banyuwangi. Batang se trouve également sur la ligne de chemin de fer du nord qui relie Jakarta à Surabaya. En raison de sa proximité avec la ville plus importante de Pekalongan, la plupart des trains ne s'arrêtent pas à Batang. Cette ligne longe la côte.

Artinya: ‘Batang terletak di rute nasional pantai utara dari Jakarta menuju Semarang, Surabaya dan Banyuwangi. Batang juga terletak di jalur rel kereta api utara yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya. Atas alasan kedekatan dengan kota yang ‘lebih penting’yakni Pekalongan, sebagian besar kereta tidak berhenti di Batang. Jalur ini menyusuri pantai.’

Demikianlah sedikit ulasan mengenai entri tentang Kabupaten Batang di Wikipedia dalam bahasa Perancis.

Sumber artikel yang saya ulas:

http://fr.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_de_Batang

Minggu, 05 Februari 2012

Sintren: Seni Ilusionis atau Mistik?

Sampai saat ini saya masih heran dengan kesenian daerah Batang dan sekitarnya yang namanya 'sintren'. Tarian bernuansa mistik ini dikenal di daerah pantura Jawa Tengah hingga sekitar Cirebon.
Waktu kecil saya pernah nonton sintren di alun-alun Batang. Nuansa mistiknya memang sangat terasa, terutama dengan adanya aroma kemenyan yang dibakar dan musik semacam gamelan minimalis yang dibunyikan dengan irama agak monoton.
Saat itu terlihat seorang perempuan dengan pakaian biasa diikat tali kemudian bersama seperangkat kostum yang masih dilipat ditutup dengan kurungan ayam yang dilapisi kain. Setelah beberapa saat, kurungan dibuka lagi, ikatan tali sudah terlepas dan muncullah si penari sudah berganti baju dengan dandanan a la putri berkacamata hitam.
Kok bisa? Itulah yang menjadi misteri. Sebagai orang yang berusaha berpikir logis saya lebih percaya itu adalah teknik ilusi, si penari memang seorang pemain akrobatik yang terlatih dengan baik sehingga mampu melepas ikatan dan berganti pakaian dengan kondisi sulit dalam waktu singkat, mirip Harry Houdini.
Bagi yang percaya mistik tentunya hal itu dipandang sebagai kejadian ghaib, yakni karena bantuan makhluk halus yang dipanggil. Sintren sering diafiliasikan dengan legenda tokoh makhluk halus yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai Nyai Lanjar, semacam Nyai Roro Kidul versi pantura.
Penari memang selalu terlihat menari dalam kondisi 'trance' (mirip kerasukan). Kadang-kadang si penari tiba-tiba gontai dan hampir jatuh. Namun setelah dipapah dan diasapi dengan aroma kemenyan dia akan mulai berdiri dan menari lagi.
Konon asal mula sintren berawal dari legenda kisah cinta Sulasih dan Sulandono, mirip Romeo dan Juliette a la pantura di zaman kerajaan dulu. Kisahnya bisa dibaca di Wikipedia
http://id.wikipedia.org/wiki/Sintren
Tidak dijelaskan sejak kapan sintren harus memakai kacamata hitam karena saya yakin di zaman kerajaan dulu kacamata belum ada. Ibu saya pernah cerita bahwa konon pada saat sudah 'jadi' alias trance penari harus selalu memejamkan mata karena jika terbuka akan terasa sakit seperti ditusuk jarum, entah benar entah tidak.
Satu hal yang menarik bagi saya sebagai orang Batang adalah bahwa dalam kisah legenda asal usul sintren itu, si tokoh perempuan, yaitu Sulasih, dikisahkan berasal dari ''Desa Kalisalak'', namun tidak dijelaskan lokasi persisnya apakah itu Kalisalak yang di Kec.Batang atau Kec.Limpung atau pula di kabupaten lain.
Kisah mengenai sintren pernah menjadi inspirasi novel seorang penulis asal Batang, Dianing Widya Yudhistira. Preview bukunya bisa dilihat di Google Books
http://books.google.co.id/books?id=-dIA010G-XEC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false
Ilustrasi: foto dari Wikipedia

Lihat juga keterangan sintren di blog tetangga Gallery Photo Kabupaten Batang (Update November 2012)

Diposkan dari Bogor
Sat, Feb 5, 2012








Jumat, 03 Februari 2012

'Primatek' alias PT Primatexco Indonesia

Semua orang Batang pasti tahu PT Primatexco Indonesia yang dalam pembicaraan sehari-hari masyarakat disebut sebagai 'primatek'. Pabrik tekstil yang berdiri sejak 1 Juni 1971 ini telah menjadi bagian dari khasanah kehidupan kota Batang dan sedikit banyak mewarnai aspek ekonomi sebagian warganya.

Perusahaan yang berlokasi di jalan raya Sambong ini merupakan bentuk kerjasama antara GKBI dengan beberapa investor asing terutama dari Jepang (Daiwabo Company Ltd dan Sojitz Corporation) yang memproduksi tekstil berkualitas tinggi untuk diekspor. Konon orang Batang sendiri tidak memakai produknya.

Umur PT Primatexco lebih tua dari umur generasi saya yang lahir pertengahan tahun 1970-an dan masa kecil saya cukup dipengaruhi oleh keberadaan pabrik ini. Beberapa kerabat dan tetangga saya ada yang, menurut bahasa setempat, 'kerjo nang primatek' atau rekanannya.

Dulu waktu kecil saya beberapa kali pernah diajak kakak untuk masuk lokasi pabrik ini dan sebagai bocah cukup takjub melihat mesin-mesinnya. Saya juga masih ingat seragam abu-abunya waktu itu, entah sekarang seragam itu masih digunakan atau tidak.

Pabrik tekstil ini tampaknya termasuk perusahaan yang cukup tangguh menghadapi jaman, lebih dari 40 tahun dan masih sentausa. Menurut catatan saya beberapa pabrik lain yang serupa seperti PT Saritex, PPIP telah tutup.

Apakah 'primatek' juga (pernah) menjadi bagian hidup Anda?

Link: situs resmi www.primatexco.com
Primatexco Foursquare (ditambahkan 28.06.13)

Rabu, 01 Februari 2012

Batang Tempo Doeloe Djilid 12: Foto-foto Klasik Abad ke-19


Terinspirasi oleh sebuah postingan foto klasik hitam putih di forum Facebook "Mbangun Batang Yuk" oleh user Gus Yakoeb Widodo. Saya mencoba mencari sumbernya dan menemukan bahwa foto tersebut adalah bagian dari foto-foto lain yang termuat di situs milik KITLV/Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies

kemudian klik pilih"specifiek zoeken / specific search' lalu ketik "batang" pada isian "Trefwoord/Keyword:..."
kita akan menemukan foto-foto klasik daerah Batang pada abad ke-19 seperti tampilan awal di atas, sayangnya foto ini tidak banyak tentang kotanya, namun lebih pada kejadian seputar rel kereta api yang menembus hutan.

Mengingat foto-foto tersebut sudah sangat lama, hak ciptanya kemungkinan besar sudah expired dan menjadi ranah publik,.


Posted from Jakarta 01/02/2012

Nama-nama desa yang unik

Seorang pengunjung di salah satu kabupaten kita (pengguna twitter @aditawiharto) mendapati bahwa nama-nama desa di Batang unik. berikut adalah nama-nama desa di kabupaten Batang, coba tebak, apa kira-kira yang ada di benak leluhur kita yang memberi nama desa-desa di tempat kita?

Kata Kunci

alas roban (5) alun-alun (6) bahasa (3) bahurekso (1) bandar (2) batang (161) batang.org (6) batik (5) bawang (1) bioskop (1) blado (2) blog (2) buka puasa (1) bupati (2) central java (1) darul ulum (1) dayung (1) dialek (3) dracik (1) facebook (4) festival (1) forum (2) foto (8) hotel (1) info (1) jalan (1) java (1) jawa (3) kabupaten (101) kadilangu (1) kalisalak (1) kampung (1) kampus (1) kantor (2) kauman (1) kecamatan (5) kedungdowo (1) kegiatan (1) kehidupan (1) kenangan (2) kereta api (3) khas (2) kliwonan (7) komunitas (2) kota (18) kramat (2) ktp (1) kuliner (9) lingkungan (2) lokasi (1) lomba (2) lumba-lumba (3) madrasah (1) maghribi (1) makam (2) makanan (3) map (2) masjid (1) mbangun (2) mbatang (1) megono (3) melati (1) metal (2) mustika (1) nelayan (3) pagilaran (3) pahlawan (1) pantai (10) pantura (4) pasar (2) pawai (2) pekalongan (7) pemandian (1) perkebunan (1) pesanggrahan (1) peta (2) petilasan (1) radio (2) ramadhan (2) rel (1) resmi (1) rspd (2) rumah (1) sambong (2) search (1) sego (2) sejarah (5) sekolah arab (1) semarang (2) sendang sari (1) senggol (1) sigandu (5) situs (4) srikandi (1) sungai (2) taman (1) teh (1) terminal pekalongan (1) tersono (1) thr (1) tol (2) tulis (2) twitter (3) ujungnegoro (6) website (4) wikipedia (1) wilayah (2) wisata (10) wonobodro (1) wonotunggal (2)