UU lalu lintas kita mengamanatkan agar pemakai jalan mengutamakan para pejalan kaki, tapi pada kenyataannya pejalan kaki sering harus mengalah pada buasnya pengemudi mesin-mesin beroda.
Jalan raya Pantura di sepanjang Kab. Batang sebenarnya cukup berbahaya, apalagi untuk anak-anak kita. Bis-bis antar kota yang ngebut, truk-truk besar yang menguasai jalan, belum lagi pemakai mobil pribadi dan motor yang kadang 'pecicilan'.
Di negara kita melanggar batas kecepatan jarang ditindak, bahkan di dekat gedung sekolah sekalipun di mana banyak anak-anak menyeberang. Akibatnya pengemudi merasa aman-aman saja jika melebihi batas kecepatan maksimum.
Saya salut dengan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Batang yang telah memasang papan anjuran hati-hati menyeberang di depan SMP saya dulu (SMP 1 Batang, Kebonrojo). Mendidik anak-anak kita untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi realitas di jalan yang sering tidak bersahabat.
Di banyak negara maju, kultur berlalu lintasnya sudah sangat terbangun. Penyeberang baru berdiri di ujung zebra cross saja mobil sudah pada berhenti sendiri. Saya yakin budaya seperti itu suatu saat akan terbentuk di negeri kita. Tapi untuk sementara kita ikuti saja dulu nasihat papan biru ini.
Sent from my BlackBerry® Smartphone supplied by Swisscom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar