Menyegarkan kembali entri tahun lalu mengenai Suasana Puasa di Batang , saya teringat beberapa tradisi yang sering dilakukan
masyarakat Batang terutama anak-anak dan remaja selama Ramadhan yaitu:
1. Thong-thong Prek: kegiatan membangunkan
orang untuk sahur keliling kampung dengan membunyikan kentongan atau
benda-benda lain. Sebagian orang merasa terbantu karena jadi terbangun untuk
sahur, sebagian lain mungkin ada yang ngomel karena merasa dibangunkan terlalu
awal.
2. Minum “Es Banteh”
atau timun suri: es segar menggoda dengan warna kuah merah frambozen ini
mendadak jadi populer di bulan puasa untuk berbuka. Kenapa orang Batang dan
sekitarnya menyebut buah ini dengan ‘banteh’? Belakangan saya baru tahu istilah itu mungkin dari bahasa Arab ‘bathiikh’ بطيخ
yang artinya buah-buahan semacam blewah atau semangka. Untuk membuat es
biasanya kita membeli es batu sendiri karena waktu saya kecil (1980an) kulkas
masih merupakan barang mewah.
3. Jaburan alias ta’jil, cemilan yang
biasanya dihidangkan setelah tarawih,biasanya sumbangan bergilir dari jamaah.
4. Dhul penanda
buka puasa, penjelasan (lihat entri terdahulu)
Suaranya yang menggelegar memberi nuansa ramadhan tersendiri.
5. Mainan mercon dan mercon bambu yang oleh masyarakat
setempat disebut ‘slum’. Suaranya
juga memberi nuansa tersendiri meski
sebagian orang menganggap hal itu ‘mbudegi’
alias bising. Mercon praktis sekarang dilarang. Saat itu meski sudah dilarang masih banyak yang diam-diam membuat sendiri dirumah dengan bahan gulungan kertas dan obat mercon.
Sudah lama saya tidak merasakan Ramadhan di Batang, mungkin
suasananya sudah jauh berbeda.
Sumber foto: Google Image
Sumber foto: Google Image
Tidak ada komentar:
Posting Komentar