Sebagai warga dari daerah yang suhunya cukup bikin 'semromong' (gerah), masyarakat Batang kadang mendambakan minuman dingin di rumah. Di zaman sekarang ketika kulkas sudah bukan lagi merupakan barang mewah hal tersebut bukan masalah, namun zaman dahulu ketika yang punya kulkas baru satu-dua orang, es batu yang dibeli balokan menjadi andalan.
Salah satu kios penjual es batu tahun '80-an yang saya tahu berada di dekat RM Fatimah sekarang, nama penjualnya saya lupa. Kiosnya kecil dengan dinding papan kayu dan di dalamnya terdapat banyak kulit padi untuk menutupi balok-balok es agar tidak cepat mencair.
Jika kita membeli es batu si penjual akan memotong dari balok es yang besar dengan pisau besar bermata seperti gergaji. Setelah itu ia membungkusnya dengan daun jati kemudian diikat dengan tali rafia. Sebagian kecil butir-butir kulit padi biasanya masih tertempel di balok es kecil yang kita beli.
Setelah dibungkus kita harus segera membawanya ke rumah agar tidak habis mencair di jalan. Di rumah potongan es tersebut kita potong lebih kecil lagi dengan palu atau sabit agar bisa disimpan di termos es. Dinginnya es batu dinikmati dengan cara dimasukkan ke dalam minuman teh, 'stroop' (sirup) atau 'es degan' (kelapa muda).
Yang paling sering beli es batu tentunya penjual 'orson', dawet, 'cao' maupun warung-warung yang menjual es teh. Bagi warga nelayan balok-balok es batu merupakan barang yang sudah sangat dikenal saat itu karena banyak digunakan untuk mengawetkan hasil tangkapan laut.
Diposkan dari Jenewa, Swiss
Sent from my BlackBerry® smartphone
Salah satu kios penjual es batu tahun '80-an yang saya tahu berada di dekat RM Fatimah sekarang, nama penjualnya saya lupa. Kiosnya kecil dengan dinding papan kayu dan di dalamnya terdapat banyak kulit padi untuk menutupi balok-balok es agar tidak cepat mencair.
Jika kita membeli es batu si penjual akan memotong dari balok es yang besar dengan pisau besar bermata seperti gergaji. Setelah itu ia membungkusnya dengan daun jati kemudian diikat dengan tali rafia. Sebagian kecil butir-butir kulit padi biasanya masih tertempel di balok es kecil yang kita beli.
Setelah dibungkus kita harus segera membawanya ke rumah agar tidak habis mencair di jalan. Di rumah potongan es tersebut kita potong lebih kecil lagi dengan palu atau sabit agar bisa disimpan di termos es. Dinginnya es batu dinikmati dengan cara dimasukkan ke dalam minuman teh, 'stroop' (sirup) atau 'es degan' (kelapa muda).
Yang paling sering beli es batu tentunya penjual 'orson', dawet, 'cao' maupun warung-warung yang menjual es teh. Bagi warga nelayan balok-balok es batu merupakan barang yang sudah sangat dikenal saat itu karena banyak digunakan untuk mengawetkan hasil tangkapan laut.
Diposkan dari Jenewa, Swiss
Sent from my BlackBerry® smartphone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar