Apakah Anda penggemar teh melati yang disajikan dengan 'tubruk', terutama teh-teh produk lokal seperti teh Teh Dandang bikinan Batang atau teh Cap Bandulan dan Tjap Tjangkir bikinan Pekalongan? Disruput sore-sore dengan sepotong pisang goreng sambil duduk-duduk di rumah adalah kenikmatan tiada tara.
Sebagian besar penikmatnya mungkin hanya mengingat tehnya dan bisa menduga dimana kira-kira ditanam namun lupa bahwa melatinya juga merupakan hasil pertanian yang ditanam secara khusus.
Di Kabupaten Batang terdapat sekelompok warga yang menggantungkan ekonominya pada pertanian melati. Mereka berada di kawasan dekat pantai di Depok, Kec. Kandeman.
Salah seorang petani melati yang saya kenal adalah H.Masruri. Beliau telah lama menggeluti usaha ini sejak akhir tahun 1980-an. Seingat saya dahulu beliau rajin menyalurkan hasil pertaniannya dengan sepeda motor ke sebuah pabrik teh di Pekalongan. Beberapa bulan lalu saya kembali bertemu beliau dan ternyata masih menggeluti usaha ini bahkan kelihatan jauh lebih sejahtera dengan mobil yang dimilikinya.
Konon bunga melati ini hanya dihargai oleh pengusaha teh apabila kuncup bunganya di panen sebelum mekar. Apabila bunganya sudah mekar ketika disetorkan maka akan ditolak karena konon potensi kewangiannya sudah keburu keluar.
Harian Suara Merdeka pernah memuat berita fitur tulisan Triasno Suhito & Trias Purwadi mengenai usaha ini. Dalam berita tersebut disebutkan bahwa hasil pertanian melati ini bahkan telah diekspor ke beberapa negara. Selengkapnya ada di tautan berikut:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/04/10/142893/Bisnis-Melati-yang-Terus-Mewangi
Posted from Bogor
Thu, Nov 10, 2011
Ilustrasi: gambar Teh Bandulan diunduh dari Google Image search
Sent from my BlackBerry® smartphone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar